Minggu, 27 Desember 2015

resensi buku "Sains Berbasis Al-qur'an"

A.    PENCIPTAAN MAKHLUK HIDUP
Kejadian penciptaan manusia yang pertama diterangkan berasal dari tanah liat kering yang dibentuk. Beberapa pemikiran mengajukan pemahaman yang berbeda terkait dengan penciptaan Nabi Adam as. yang merupakan manusia pertama. Jika kita menganalisis Surah As Sajdah ayat 7 dan 8 dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan Nabi Adam as. langsung dari tanah.  Manusia selanjutnya yang merupakan keturunan Nabi Adam diciptakan melalui proses lahir dari perut ibunya termasuk Nabi Isa as.
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (QS: As-Sajdah Ayat: 7)
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. (QS: As-Sajdah Ayat: 8)
Perlu diketahui bahwa semua fosil yang ditemukan hanya mirip manusia dan tidak ada sebuah bukti rantai evolusi yang menjembatani manusia purba dengan manusia modern. Jadi, banyak orang masih belum dapat menerima pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Adam adalah keturunan manusia purba.
Manusia diciptakan dari tanah yang merupakan materi utama yang banyak terdapat di bumi dan digunakan untuk kehidupan. Keterangan tentang penciptaan manusia dari tanah dinyatakan dalam beberapa ayat, seperti surat Al-Hijr ayat 28 tentang penciptaan manusia pertama. Malaikat yang dibuat dari cahaya dan iblis yang dibuat dari api tidak dapat berinteraksi secara efektif dengan bumi dan makhluk lain yang ada di planet tersebut.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, (QS: Al-Hijr Ayat: 28)
Makhluk yang akan ditugaskan menjadi khalifah tentunya harus memiliki kelebihan dari makhluk lain sehingga pantas menjadi “wakil Allah”. Manusia keturunan Nabi Adam juga diciptakan dari tanah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan hidup dan pengelolaan bumi. Jika dianalisis, maka akan diketahui bahwa materi penyusun tubuh manusia memiliki unsur makro yang sama dengan materi yang terdapat di tanah, yakni C, H, O, N, S, P, Ca, K, dan Mg. Unsur tersebut mirip dengan unsur yang dimiliki oleh tumbuhan C, H, O, N, S, P, Fe, Ca, K, Mg dan Na. Unsur Fe dan Na merupakan unsur mikro yang dikandung oleh tanah. Oleh sebab itu bahan makanan manusia merupakan saripati tanah yang diserap oleh tumbuhan lalu dari tumbuhan dimakan oleh hewan. Hewan dan tumbuhan yang kita makan memberikan asupan energi yang dibutuhkan manusia untuk hidup.
Keterangan tentang penciptaan manusia selanjutnya yang merupakan keturunan Nabi Adam juga dijadikan dari saripati tanah, dinyatakan dalam Surah Al-Mu’minun ayat 12 dan 13. Kita dijadikan dari sel telur yang dibuahi oleh sperma yang dihasilkan dari saripati tanah yang diolah oleh tubuh manusia. Pada proses pembetukan janin, nuthfah yang dihasiklan disimpan dalam rahim yang kokoh. Nuthfah yang disimpan tersebut, mengalami proses sebagaimana yang diterangkan dalam Surah Al-Mu’minun ayat 14.
وَ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طينٍ 
"Dan sesungguhnya telah Kami jadikan manusia dari air saringan dari tanah." (ayat 12).

ثُمَّ جَعَلْناهُ نُطْفَةً في‏ قَرارٍ مَكين
"Kemudian itu, Kami jadikan dia (setitik mani itu) di tempat yang tetap terpelihara." (ayat 13).
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظاماً فَكَسَوْنَا الْعِظامَ لَحْماً
"Kemudian Kami jadikan pula mani ifu menjadi segumpal darah, kemudian Kami jadikan pula segumpal darah itu menjadi segumpal daging, dan daging itu Kami jadikan tulang, lalu tulang-tulang itu Kami liputi dengan daging pula." (ayat 14)
Perkembangan embrio manusia di dalam rahim untuk menjadi fetus (janin) memerlukan waktu 8 minggu.[1]Perkembangan ini dilakukan secara bertahap, mulai dari nuthfah, ‘alaqah, mudhghah, sampai janin (fetus). Perkembangan calon janin sampai terbentuknya fetus merupakan tahapan penciptaan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, seperti dinyatakan dalam Surah Nuh ayat 14.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,(QS: Al-Hijr Ayat: 28)
Perintah untuk mengamati dan memikirkan kejadian pembentukan manusia dinyatakan dalam surah Ath-Thariq ayat 5-7.
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (QS: Ath-Thaariq Ayat: 5)
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ
Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, (QS: Ath-Thaariq Ayat: 6)

يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ
yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. (QS: Ath-Thaariq Ayat: 7)
Penemuan dalam bidang medis ternyata sesuai dengan surah Ath-Thariq ayat 7, yakni bahwa sel punca (stem cell) diproduksi di dalam tulang oleh jaringan lunak di bagian tengah tulang yang disebut sum-sum tulang. Sel darah dibentuk dari sel punca kemudian membentuk sel darah merah, sel darah putih, serta keping darah. Jadi, dapat dipahami jika Hawa diciptakan dari tulang Nabi Adam yang dalam hal ini kemungkinan adalah sel punca atau sumsum tulang. Menurut penulis, pada saat ini para peneliti masih melakukan penelitian dalam memanfaatkan sel punca untuk penyembuhan organ yang sakit atau rusak.
Tahapan perkembangan calon janin, mulai dari nuthfah, ‘alaqah, mudhghah, sampai janin (fetus) ditetapkan dalam waktu yang sudah ditentukan. Ketentuan Allah tersebut dapat karena manusia memang sudah diperintahkan untuk menyelidiki proses tersebut. Surat Abasa 19.
مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ
“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya”
Menurut penulis, makhluk hidup mulai dari yang paling kecil hingga yang paling besar disusun oleh sel yang sebagian besar terdiri dari air. Perhatikan dalil yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup diciptakan dari air. Surat Al-Anbiya 30.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 30)
Seperti halnya tubuh manusia, dalam otak mengandung 70 persen air, paru-paru mengandung 90 persen air, dan bahkan tulang mengandung 20 persen air. Air dubutuhkan oleh organ tubuh, diantaranya untuk membantu terjadinya proses metabolisme, menjaga keseimbangan cairan tubuh, membantu proses pencernaan, serta melarutkan dan mengeluarkan racun dari ginjal. Jarang sekali manusia yang mau berpikir dan mensyukuri rahmat dan karunia yang diberikan Allah dengan menciptakannya dari air dengan segala kelebihannya.
Dalam proses kehidupan makhluk yang pernah hidup di bumi dapat diamati dengan menyelidiki fosil yang terdapat di bumi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa sebagian pernyataan dari teori Charles Darwin dapat diterima secara ilmiah. Proses seleksi kehidupan hewan yang dapat bertahan hidup di alam yang disebut seleksi alamiah oleh Darwin memang terjadi di muka bumi. Temuan Darwin yang utama adalah tidak semua makhluk dapat bertahan hidup dalam satu generasi dan makhluk jenis yang sama dapat berbeda serta yang memiliki variasi yang paling sesuai akan dapat melanjutkan hidup pada generasi berikutnya.
Perhatikan surat Al-Hasyr ayat 24
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS: Al-Hasyr Ayat: 24)
Ayat tersebut sesuai dengan teori evolusi yang menjelaskan tentang perkembangan bentuk hewan berdasarkan fosil yang diperoleh dari muka bumi. Penulis menyimpulkan bahwa proses seleksi alamiah dikatakan oleh Darwin sebenarnya adalah seleksi ilahiah, yakni seleksi oleh Tuhan. Allah yang berkuasa mengubah dan menciptakan hewan yang berbeda. Allah yang berkehendak menyebarkan segala jenis hewan di muka bumi dengan menyesuaikan kondisi alam tempat hidup mereka. Berjalannya evolusi tidak terlepas dari pilihan Allah untuk menentukan atau memilih makhluk mana yang berkembang dan bertahan hidup.
Menurut penulis, semua yang ada di bumi ini diciptakan berpasang-pasangan, contoh sederhananya yaitu muatan positif dengan muatan negatif, proton dengan elektron, kutub utara dengan kutub selatan, di dalam tubuh kita jumlah dan jenis bakteri baik berpasangan dengan jumlah dan jenis bakteri jahat. Penemuan fenomena “berpasangan” ini memungkinkan manusia mengembangkan teknologi misalnya penemuan generator listrik, komunikasi menggunakan gelombang elektromagnetik dan sebagainya. Surat Adz-Dzariyat ayat 49
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.
B.     KETERATURAN ALAM SEMESTA
Dalam hal ini penulis menjelaskan tentang ukuran alam yang serba sesuai. Mungkin jarang ada orang yang berfikir bahwa jarak antara bumi dengan matahari merupakan jarak yang sangat ideal sehingga suhu di bumi sangat cocok untuk tempat tinggal makhluk hidup. Jika jarak bumi terlalu dekat dengan matahari, suhu bumi akan tinggi dan semua air yang ada di bumi akan menguap. Jika jarak bumi dengan matahari terlalu jauh, suhu bumi akan rendah dan air yang ada di bumi akan menjadi es. Kemiringan bumi sebesar 23,5 derajat saja menyebabkan perbedaan musim di bumi, yang dekat dengan matahari mengalami musim panas dan yang jauh dari matahari mengalami musim dingin. Ukuran yang sangat ideal itu tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Seperti halnya pada surat Al-Qamar ayat 49.
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS: Al-Qamar Ayat: 49)
Ukuran organisme atau makhluk hidup juga sangat sesuai sehingga interaksinya saling melengkapi dan seimbang. Misalnya rumput dibuat pendek sehingga mudah dimakan oleh hewan pemakan rumput.semua diciptakan dengan ukuran yang ideal dan memiliki fungsi tersendiri. Begitu pula dengan struktur dan susunan benda serta makhluk hidup. Misalnya, buah semangka yang berkulit lunak tidak memiliki pohon yang tinggi, sedangkan buah durian yang lunak memiliki pohon yang tinggi. Tidak hanya ukuran yang dibuat teratur, namun bentuk juga posisi anggota tubuh juga memiliki fungsi yang sesuai. Ditinjau dari warna yang ada pada makhluk hidup, juga ditemukan manfaat dari warna makhluk hidup tersebut dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Misalnya bunglon yang dapat mempertahankan dirinya dengan mengubah warna kulitnya sesuai dengan lingkungannya.
Keteraturan alam juga dapat ditemukan pada ukuran yang lebih besar, misalnya pada skala tata surya. Interaksi antara matahari, bumi, dan bulan juga berdampak pada kehidupan di bumi. Misalnya, fenomena pasang surut air laut yang disebabkan oleh gaya gravitasi bulan pada air laut yang ada di bumi.
Perhatikan Surat Al-Mulk ayat 3
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Dalam ayat tersebut manusia ditantang untuk melihat jika ada ketidakseimbangan dalam ciptaan Allah, yakni pada alam dan makhluk hidup. Bentuk manusia dan hewan dibuat seimbang secara simetri, artinya bagian kiri memiliki bentuk yang sama dengan bagian kanan. Demikian pula dengan jenis makhluk hidup, semua saling melengkapi secara seimbang.
Menurut penulis keseimbangan antara alam dengan makhluk hidup berdampak pada keselarasan serta kesejahteraan hidup manusia. Secara alamiah, keseimbangan lingkungan akan terjaga jika tidak terjadi perubahan komponen alam secara drastis. Perubahan dapat terjadi secara secara drastis akibat bencana alam atau perilaku manusia. Sebagai contoh hilangnya salah satu komponen pada rantai makanan akan menyebabkan dampak perubahan pada komponen peristiwa rantai makanan tersebut. Perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab dengan merusak lingkungan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan alam sekitar. Misalnya, penggunaan pestisida yang berlebihan akan memusnahkan salah satu komponen dari rantai makanan.
Beberapa siklus yang ada di alam terjadi secara seimbang dan merupakan anugerah bagi makhluk hidup yang ada di bumi. Sebagai contoh pada siklus karbon yang menjaga keseimbangan karbon yang ada di bumi, sedangkan siklus nitrogen menjaga keseimbangan nitrogen yang diperlukan oleh makhluk hidup. Nitrogen digunakan oleh makhluk hidup untuk membentuk protein dan unsur kimia tubuh yang lainnya.
Mahasuci Allah yang mengatur presentase gas yang ada di atmosfer secara seimbang sebab jika gas CO2 terlalu banyak maka suhu di bumi akan tinggi, sedangkan jika gas CO2 terlalu sedikit maka suhu di bumi akan rendah. Pertambahan jumlah gas CO2 di atmosfer dapat menyebabkan pemanasan global karena gas tersebut mempengaruhi keseimbangan radiasi inframerah yang masuk dan keluar dari atmosfer bumi.
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa Allah menciptakan alam ini secara seimbang dan membuat segala sesuatu memiliki pendamping. Proses pelepasan gas CO2 didampingi dengan proses penggunaan gas CO2, demikian pula dengan proses pelepasan dan penggunaan gas nitrogen, contoh lainnya yaitu proses menguapnya air ke awan didampingi dengan proses jatuhnya air hujan dari awan ke bumi. Pendampingan dalam proses alamiah dijelaskan dalam Surat Ar-Ra’d ayat 4
وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS: Ar-Ra'd Ayat: 4)
Proses dan sifat yang berdampingan juga merupakan prinsip dasar yang digunakan untuk menjelaskan gejala fisika. Misalnya, jika ada gaya aksi maka akan muncul gaya reaksi. Secara sosial, contohnya jika kita membantu orang lain, umumnya orang yang dibantu akan membantu kita pada saat yang lain.
C.     PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI
Bumi memiliki beberapa lapisan akibat prinsip diferensiasi, dimana terjadi pemisahan lapisan akibat perbedaan komposisi dan suhu material penyusun bumi yang bergerak berputar. Jenis lapisan yang diketahui berdasarkan studi seismik dan analisis lainnya adalah kulit bumi, litosfer yang bukan kulit bumi, asthenosfer, mantel bagian bawah, transisi mantel dan inti, inti bagian luar, transisi inti luar dan inti dalam, inti bagian dalam. Jumlah lapisan bumi menurut pembagian itu ada tujuh, sesuai dengan keterangan jumlah lapisan bumi pada Surat Ath-Thalaq ayat 12.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS: Ath-Thalaaq Ayat: 12)
Kondisi bumi yang memiliki lapisan dengan karateristik berbeda memiliki hikmah tersendiri bagi kehidupan di muka bumi. Sebagai contoh, mengeluarkan mineral yang bermanfaat untuk pengembangan teknologi sepert timah.
Permukaan bumi dihamparkan sedemikian rupa sehingga terbentuk gunung-gunung berapi yang berfungsi sebagai tempat keluar energi termal dari dalam bumi agar tidak kelebihan energi termal yang dapat membuatnya berguncang. Penghamparan bumi bermakna menyebar dan sesuai dengan teori Gondwana yang menjelaskan pada saat awalnya semua lempengan daratan bersatu. Kesamaan spesies pada beberapa benua merupakan bukti bahwa lempengan benua memang pernah bersatu. Al-qur’an menerangkan peristiwa penghamparan tersebut dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 48
وَالْأَرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ الْمَاهِدُونَ
Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).
Pembentangan bumi menyebabkan terjadinya tumbukan antar lempeng benua yang saling bertemu sehingga terbentuk gunung-gunung pada permukaan bumi. Gunung berapi berfungsi sebagai penyeimbang energi dan struktur fondasinya jauh berada di bawah lempeng karena merupakan daerah pertemuan antara dua lempeng litosfer. Hal ini diterangkan dalam surat Al-Anbiya’ ayat 31
وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 31)
Keseimbangan bagi lempeng bumi juga merupakan fungsi dari air atau lautan. Hal ini dikarenakan air memiliki massa yang besar. Tanpa adanya air laut yang menutupi lempeng lautan, kemungkinan besar kulit bumi yang tidak tebal akan terangkat oleh desakan energi termal dari dalam bumi. Jumlah air yang menutupi permukaan bumi lebih banyak daripada jumlah daratan. Presentase tersebut sebanding dengan jumlah kata bahr atau laut yaitu 33 dan jumlah kata barr atau daratan yaitu 12 yang disebutkan dalam Al-qur’an.
Air laut memiliki kandungan garam sedangkan air tawar tidak memilikinya. Kandungan garam masing-masing air laut mungkin berbeda. Ketika dua lautan yang berbeda salinitas atau kadar garam air laut saling bertemu , maka kedua lautan tersebut tidak bercampur. Misalnya, perbedaan salinitas ternyata membuat air dari samudera Atlantik tidak bercampur dengan air dari Laut Mediterania. Kejadian ini diterangkan dalam Surat An-Naml ayat 61.
أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. (QS: An-Naml Ayat: 61)
Penulis juga memaparkan bahwa selain bumi dan lautan yang berfungsi sebagai keseimbangan, ada pula yaitu lapisan atmosfer bumi. Salah satu rahmat bagi kehidupan di muka bumi adalah adanya lapisan atmosfer bumi yang berfungsi sebagai atap. Lapisan atmosfer paling luar berfungsi untuk melindungi bumi dari terjangan batu meteor yang datang dari luar angkasa. Setiap lapisan atmosfer memiliki fungsi yang berbeda-beda dan kondisi ini diterangkan dalam Al-qur’an Surat Fushshilat ayat 12.
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS: Fushshilat Ayat: 12)
Tanpa atmosfer, suhu di permukaan bumi sangat dingin dan tidak dapat dijadikan tempat hidup bagi manusia, tumbuhan, dan hewan.
Langit dan bumi diciptakan dari sebuah singularitas, yaitu sesuatu yang padu yang muncul dari ketiadaan. Menurut teori Big Bang, alam semesta berkembang dengan sangat  cepat dalam beberapa mikrodetik yang pertama. Al-qur’an juga ditafsirkan mendiskripsikan Big Bang dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 30
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 30)
D.    ILMU DAN TEKNOLOGI MODERN
Dalam hal ini penulis menjelaskan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan pada masa sekarang ternyata sesuai dengan keterangan yang dinyatakan dalam Al-qur’an. Contohnya adalah membedakan manusia berdasrkan sidik jarinya. Sidik jari manusia ternyata bersifat unik dan dapat digunakan untuk membedakan seseorang dengan orang lainnya. Hal ini sudah dijelaskan dalam Surat Al-Qiyamah ayat 4 yang menerangkan bahwa Allah menyusun jari jemari dengan sempurna, maksudnya sampai pola sidik jari masing-masing manusia akan disusun kembali.
بَلَىٰ قَادِرِينَ عَلَىٰ أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ
Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. (QS: Al-Qiyaamah Ayat: 4)
Salah satu teknologi modern yang diceritakan dalam Al-qur’an adalah pemanfaatan udara bergerak atau angin untuk menggerakkan kendaraan. Pada saat ini manusia mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan udara yang bergerak untuk mengangkat dan menerbangkan pesawat. Teknologi yang serupa juga digunakan oleh Nabi Sulaiman untuk terbang dengan kecepatan yang tinggi dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 81
وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ
Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 81)
Komunikasi antar hewan misalnya burung dengan semut juga dipahami oleh Nabi Sulaiman. Berita dari negeri yang jauh dapat diketahui oleh Nabi Sulaiman melalui komunikasi dengan burung. Kondisi ini sekarang dapat dilakukan melalui komunikasi menggunakan telepon, radio, atau televisi.
E.     PERISTIWA KIAMAT DALAM PANDANGAN SAINS
Peristiwa kiamat terjadi dengan penghancuran alam semesta sekaligus menciutkan langit. Langit sebagai tempat benda ruang angkasa akan “digulung” dengan kekuasaan Allah seperti diterangkan dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 104
يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَا ۚ إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 104)
Ayat tersebut menerangkan bahwa langit akan digulung atau dipadatkan berlawanan dengan proses penciptaannya yang dikembangkan atau diluaskan. Secara ilmiah dijelaskan bahwa, jika alam semesta ini memiliki batas (closed space), pada suatu saat semua benda di ruang angkasa akan tarik-menarik akibat gaya gravitasi sehingga menjadi satu kembali. Hal tersebut terjadi karena tidak ada yang menarik benda ruang angkasa pada daerah batas alam semesta sehingga arah gravitasi menuju ke arah dalam ruang alam semesta. Fenomena ini disebut Big Crunch yang merupakan proses kebalikan dari Big Bang.
Pada hari kiamat akan terjadi gempa dahsyat yang disertai tsunami serta gunung-gunung berapi yang ada di muka bumi. Seperti halnya dijelaskan pada Surat At-Takwir ayat 3
وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ
dan apabila gunung-gunung dihancurkan, (QS: At-Takwiir Ayat: 3)
Terjadinya letusan gunung berapi secara serentak sangat mungkin terjadi jika energi termal yang ada di dalam perut bumi sngat tinggi sehingga harus dikeluarkan melalui semua celah yang ada. Peristiwa tumbukan antar lempeng pada hari kiamat digambarkan dengan terjadinya benturan gunung dengan mengangkat lempeng bumi. Surat Al-Haqqah ayat 14 menerangkan bahwa tumbukan bumi dan gunung-gunung terjadi dalam sekali benturan.
وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً
dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. (QS: Al-Haaqqah Ayat: 14)
Secara ilmiah hal tersebut dijelaskan dengan terjadinya pergeseran yang sangat cepat antara lempeng benua dan lempeng samudera akibat energi panas bumi yang sangat tinggi. Lapisan litosfer akan berguncang dan terangkat jika didorong oleh energi panas bumi yang didesak keluar secara spontan.
Peristiwa bergeraknya lempeng bumi di dalam laut memicu terjadinya tsunami. Hal ini sesuai dengan Surat Al-Infithar ayat 3
وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ
dan apabila lautan menjadikan meluap, (QS: Al-Infithaar Ayat: 3)
Al-qur’an juga menerangkan bahwa proses kebangkitan kembali adalah seperti menghidupkan satu jiwa saja. Keterangan tersebut juga dapat ditafsirkan sebagai penjelasan pada manusia bahwa satu sel punca yang dibentuk dari informasi DNA yang dimiliki manusia sudah cukup untuk membangkitkan tubuh mereka kembali. Informasi DNA tetap akan tersimpan dalam komponen tubuh manusia walaupun tubuh mereka sudah menjadi abu.
F.      SAINS SEBAGAI BUKTI KEBESARAN ALLAH
Dalam bab ini penulis menyimpulkan bahwa penelaahan kebenaran firman Allah yang diterangkan dalam Al-qur’an melalui penguasaan sains akan membimbing manusia untuk mengakui Allah sebagai pencipta langit dan bumi yang seharusnya disembah oleh amnusia. Manusia dapat mengenal Allah dengan menyelidiki ciptaan-Nya, bukan memikirkan tentang wujud Allah. Ilmuwan yang menyandingkan penelaahan fenomena alam dengan ayat-ayat Al-qur’an akan menyadari kebenaran dari kitab suci tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam Surat Fushshilat ayat 53
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS: Fushshilat Ayat: 53)
Menurut penulis, manusia yang tidak menggunakan akal sehat tidak dapat mengambil hikmah penciptaan langit dan bumi beserta segala isinya. Manusia yang mempercayai suatu keyakinan tanpa memikirkannya kembali juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk meyakinkan dirinya dan orang lain tentang keyakinannya tersebut. Hanya orang yang berilmu dan menggunakan akal pikirannya yang akan semakin kuat imannya.
Saran yang dikemukakan dalam buku ini yaitu penelaahan sains harus terus dilanjutkan oleh umat islam. Hal itu karena fenomena yang ada dalam alam semesta ini sudah diterangkan dalam Al-qur’an. Tidak ada yang luput dari pembahasan Al-qur’an, dari masa lalu, masa sekarang hingga masa yang akan datang.
Dari fakta atau fenomena dan pendapat  penulis yang dikemukakan di atas, menurut saya penelaahan tentang sains beserta fenomena alam memang sudah sepantasnya untuk dilakukan, hal ini bertujuan untuk menguatkan iman kita dengan jalan menyelidiki kebesaran yang ditunjukkan oleh Allah melalui fenomena alam. Al-qur’an dalam hal ini merupakan dasar atau basis dari sains, karena sebelum manusia mengetahui tentang fenomena alam di bumi ini, Al-qur’an sudah menjelaskannya terlebih dahulu.
Buku yang berjudul “Sains berbasis Al-qur’an” ini memiliki penjelasan yang sangat mendetail dalam mengungkapkan fenomena alam. Setiap fenomena alam yang dijelaskan memiliki bukti dari teori penelitian yang dilakukan manusia maupun bukti dari dalil naqli dalam Al-qur’an. Namun sistematika dari penulisan buku ini terkadang terlihat rumit atau tidak berurutan. Penggunaan bahasa ilmiah yang berlebihan juga menjadi kendala bagi pembaca yang awam tentang ilmu sains.
Buku yang dikarang oleh Dr. H. Ridwan Abdullah Sani, M.Si. ini pantas ditujukan bagi semua kalangan khususnya bagi para ilmuwan dan mereka yang memahami tentang sains. Buku ini cocok untuk semua kalangan karena buku ini menjelaskan kebesaran Allah yang menciptakan alam semesta beserta isinya hingga sedetail mungkin. Untuk para ilmuwan, buku ini diharapkan membawa mereka menyadari kebenaran Al-qur’an karena umumnya para ilmuwan hanya meneliti dan menjawab pertanyaan yang terkait dengan sesuatu yang dapat diamati sehingga kesadaran akan kebesaran Allah menjadi luput dari penjelasan sains.




[1] Moore dan Persaud, The Developing Human: Clinically Oriented Embryology, Philadelphia: Saunders, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar