A. PENCIPTAAN MAKHLUK HIDUP
Kejadian penciptaan manusia yang
pertama diterangkan berasal dari tanah liat kering yang dibentuk. Beberapa
pemikiran mengajukan pemahaman yang berbeda terkait dengan penciptaan Nabi Adam
as. yang merupakan manusia pertama. Jika kita menganalisis Surah As Sajdah ayat
7 dan 8 dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan Nabi Adam as. langsung dari
tanah. Manusia selanjutnya yang
merupakan keturunan Nabi Adam diciptakan melalui proses lahir dari perut ibunya
termasuk Nabi Isa as.
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ
الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (QS: As-Sajdah Ayat: 7)
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
Perlu diketahui bahwa semua fosil yang
ditemukan hanya mirip manusia dan tidak ada sebuah bukti rantai evolusi yang
menjembatani manusia purba dengan manusia modern. Jadi, banyak orang masih
belum dapat menerima pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Adam adalah keturunan
manusia purba.
Manusia diciptakan dari tanah yang
merupakan materi utama yang banyak terdapat di bumi dan digunakan untuk
kehidupan. Keterangan tentang penciptaan manusia dari tanah dinyatakan dalam
beberapa ayat, seperti surat Al-Hijr ayat 28 tentang penciptaan manusia
pertama. Malaikat yang dibuat dari cahaya dan iblis yang dibuat dari api tidak
dapat berinteraksi secara efektif dengan bumi dan makhluk lain yang ada di
planet tersebut.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا
مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, (QS: Al-Hijr Ayat: 28)
Makhluk yang akan ditugaskan menjadi
khalifah tentunya harus memiliki kelebihan dari makhluk lain sehingga pantas
menjadi “wakil Allah”. Manusia keturunan Nabi Adam juga diciptakan dari tanah
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan hidup dan pengelolaan bumi. Jika
dianalisis, maka akan diketahui bahwa materi penyusun tubuh manusia memiliki
unsur makro yang sama dengan materi yang terdapat di tanah, yakni C, H, O, N,
S, P, Ca, K, dan Mg. Unsur tersebut mirip dengan unsur yang dimiliki oleh tumbuhan
C, H, O, N, S, P, Fe, Ca, K, Mg dan Na. Unsur Fe dan Na merupakan unsur mikro
yang dikandung oleh tanah. Oleh sebab itu bahan makanan manusia merupakan
saripati tanah yang diserap oleh tumbuhan lalu dari tumbuhan dimakan oleh
hewan. Hewan dan tumbuhan yang kita makan memberikan asupan energi yang dibutuhkan
manusia untuk hidup.
Keterangan tentang penciptaan manusia
selanjutnya yang merupakan keturunan Nabi Adam juga dijadikan dari saripati
tanah, dinyatakan dalam Surah Al-Mu’minun ayat 12 dan 13. Kita dijadikan dari
sel telur yang dibuahi oleh sperma yang dihasilkan dari saripati tanah yang
diolah oleh tubuh manusia. Pada proses pembetukan janin, nuthfah yang
dihasiklan disimpan dalam rahim yang kokoh. Nuthfah yang disimpan tersebut,
mengalami proses sebagaimana yang diterangkan dalam Surah Al-Mu’minun ayat 14.
وَ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسانَ
مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طينٍ
"Dan sesungguhnya telah Kami jadikan manusia dari air saringan dari
tanah." (ayat 12).
ثُمَّ جَعَلْناهُ نُطْفَةً في قَرارٍ مَكين
"Kemudian itu, Kami jadikan dia
(setitik mani itu) di tempat yang tetap terpelihara." (ayat 13).
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ
عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظاماً
فَكَسَوْنَا الْعِظامَ لَحْماً
"Kemudian Kami jadikan pula
mani ifu menjadi segumpal darah, kemudian Kami jadikan pula segumpal darah itu
menjadi segumpal daging, dan daging itu Kami jadikan tulang, lalu tulang-tulang
itu Kami liputi dengan daging pula." (ayat
14)
Perkembangan embrio manusia di dalam
rahim untuk menjadi fetus (janin) memerlukan waktu 8 minggu.[1]Perkembangan
ini dilakukan secara bertahap, mulai dari nuthfah, ‘alaqah, mudhghah, sampai
janin (fetus). Perkembangan calon janin sampai terbentuknya fetus merupakan
tahapan penciptaan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, seperti dinyatakan
dalam Surah Nuh ayat 14.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا
مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,” (QS: Al-Hijr Ayat: 28)
Perintah untuk mengamati dan
memikirkan kejadian pembentukan manusia dinyatakan dalam surah Ath-Thariq ayat
5-7.
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ
يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ
Penemuan dalam bidang medis ternyata
sesuai dengan surah Ath-Thariq ayat 7, yakni bahwa sel punca (stem cell)
diproduksi di dalam tulang oleh jaringan lunak di bagian tengah tulang yang
disebut sum-sum tulang. Sel darah dibentuk dari sel punca kemudian membentuk
sel darah merah, sel darah putih, serta keping darah. Jadi, dapat dipahami jika
Hawa diciptakan dari tulang Nabi Adam yang dalam hal ini kemungkinan adalah sel
punca atau sumsum tulang. Menurut penulis, pada saat ini para peneliti masih
melakukan penelitian dalam memanfaatkan sel punca untuk penyembuhan organ yang
sakit atau rusak.
Tahapan perkembangan calon janin,
mulai dari nuthfah, ‘alaqah, mudhghah, sampai janin (fetus) ditetapkan dalam
waktu yang sudah ditentukan. Ketentuan Allah tersebut dapat karena manusia
memang sudah diperintahkan untuk menyelidiki proses tersebut. Surat Abasa 19.
مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ
“Dari setetes mani, Allah
menciptakannya lalu menentukannya”
Menurut penulis, makhluk hidup mulai
dari yang paling kecil hingga yang paling besar disusun oleh sel yang sebagian
besar terdiri dari air. Perhatikan dalil yang menyatakan bahwa segala sesuatu
yang hidup diciptakan dari air. Surat Al-Anbiya 30.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ
شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 30)
Seperti halnya tubuh manusia, dalam
otak mengandung 70 persen air, paru-paru mengandung 90 persen air, dan bahkan
tulang mengandung 20 persen air. Air dubutuhkan oleh organ tubuh, diantaranya
untuk membantu terjadinya proses metabolisme, menjaga keseimbangan cairan
tubuh, membantu proses pencernaan, serta melarutkan dan mengeluarkan racun dari
ginjal. Jarang sekali manusia yang mau berpikir dan mensyukuri rahmat dan
karunia yang diberikan Allah dengan menciptakannya dari air dengan segala
kelebihannya.
Dalam proses kehidupan makhluk yang
pernah hidup di bumi dapat diamati dengan menyelidiki fosil yang terdapat di
bumi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa sebagian pernyataan dari teori Charles
Darwin dapat diterima secara ilmiah. Proses seleksi kehidupan hewan yang dapat
bertahan hidup di alam yang disebut seleksi alamiah oleh Darwin memang terjadi
di muka bumi. Temuan Darwin yang utama adalah tidak semua makhluk dapat
bertahan hidup dalam satu generasi dan makhluk jenis yang sama dapat berbeda
serta yang memiliki variasi yang paling sesuai akan dapat melanjutkan hidup
pada generasi berikutnya.
Perhatikan surat Al-Hasyr ayat 24
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi.
Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS: Al-Hasyr Ayat: 24)
Ayat tersebut sesuai dengan teori
evolusi yang menjelaskan tentang perkembangan bentuk hewan berdasarkan fosil
yang diperoleh dari muka bumi. Penulis menyimpulkan bahwa proses seleksi
alamiah dikatakan oleh Darwin sebenarnya adalah seleksi ilahiah, yakni seleksi
oleh Tuhan. Allah yang berkuasa mengubah dan menciptakan hewan yang berbeda.
Allah yang berkehendak menyebarkan segala jenis hewan di muka bumi dengan
menyesuaikan kondisi alam tempat hidup mereka. Berjalannya evolusi tidak
terlepas dari pilihan Allah untuk menentukan atau memilih makhluk mana yang
berkembang dan bertahan hidup.
Menurut penulis, semua yang ada di
bumi ini diciptakan berpasang-pasangan, contoh sederhananya yaitu muatan
positif dengan muatan negatif, proton dengan elektron, kutub utara dengan kutub
selatan, di dalam tubuh kita jumlah dan jenis bakteri baik berpasangan dengan
jumlah dan jenis bakteri jahat. Penemuan fenomena “berpasangan” ini
memungkinkan manusia mengembangkan teknologi misalnya penemuan generator
listrik, komunikasi menggunakan gelombang elektromagnetik dan sebagainya. Surat
Adz-Dzariyat ayat 49
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا
زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.”
B. KETERATURAN ALAM SEMESTA
Dalam hal ini penulis menjelaskan
tentang ukuran alam yang serba sesuai. Mungkin jarang ada orang yang berfikir
bahwa jarak antara bumi dengan matahari merupakan jarak yang sangat ideal
sehingga suhu di bumi sangat cocok untuk tempat tinggal makhluk hidup. Jika
jarak bumi terlalu dekat dengan matahari, suhu bumi akan tinggi dan semua air
yang ada di bumi akan menguap. Jika jarak bumi dengan matahari terlalu jauh,
suhu bumi akan rendah dan air yang ada di bumi akan menjadi es. Kemiringan bumi
sebesar 23,5 derajat saja menyebabkan perbedaan musim di bumi, yang dekat
dengan matahari mengalami musim panas dan yang jauh dari matahari mengalami
musim dingin. Ukuran yang sangat ideal itu tidak mungkin terjadi secara
kebetulan. Seperti halnya pada surat Al-Qamar ayat 49.
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Ukuran organisme atau makhluk hidup
juga sangat sesuai sehingga interaksinya saling melengkapi dan seimbang.
Misalnya rumput dibuat pendek sehingga mudah dimakan oleh hewan pemakan
rumput.semua diciptakan dengan ukuran yang ideal dan memiliki fungsi
tersendiri. Begitu pula dengan struktur dan susunan benda serta makhluk hidup.
Misalnya, buah semangka yang berkulit lunak tidak memiliki pohon yang tinggi,
sedangkan buah durian yang lunak memiliki pohon yang tinggi. Tidak hanya ukuran
yang dibuat teratur, namun bentuk juga posisi anggota tubuh juga memiliki
fungsi yang sesuai. Ditinjau dari warna yang ada pada makhluk hidup, juga
ditemukan manfaat dari warna makhluk hidup tersebut dalam beradaptasi dengan
lingkungannya. Misalnya bunglon yang dapat mempertahankan dirinya dengan
mengubah warna kulitnya sesuai dengan lingkungannya.
Keteraturan alam juga dapat ditemukan
pada ukuran yang lebih besar, misalnya pada skala tata surya. Interaksi antara
matahari, bumi, dan bulan juga berdampak pada kehidupan di bumi. Misalnya,
fenomena pasang surut air laut yang disebabkan oleh gaya gravitasi bulan pada
air laut yang ada di bumi.
Perhatikan Surat Al-Mulk ayat 3
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي
خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ
فُطُورٍ
“Yang telah menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan
Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
Dalam ayat tersebut manusia ditantang
untuk melihat jika ada ketidakseimbangan dalam ciptaan Allah, yakni pada alam
dan makhluk hidup. Bentuk manusia dan hewan dibuat seimbang secara simetri,
artinya bagian kiri memiliki bentuk yang sama dengan bagian kanan. Demikian
pula dengan jenis makhluk hidup, semua saling melengkapi secara seimbang.
Menurut penulis keseimbangan antara
alam dengan makhluk hidup berdampak pada keselarasan serta kesejahteraan hidup
manusia. Secara alamiah, keseimbangan lingkungan akan terjaga jika tidak
terjadi perubahan komponen alam secara drastis. Perubahan dapat terjadi secara
secara drastis akibat bencana alam atau perilaku manusia. Sebagai contoh
hilangnya salah satu komponen pada rantai makanan akan menyebabkan dampak perubahan
pada komponen peristiwa rantai makanan tersebut. Perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab dengan merusak lingkungan sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan alam sekitar. Misalnya, penggunaan pestisida yang berlebihan akan
memusnahkan salah satu komponen dari rantai makanan.
Beberapa siklus yang ada di alam
terjadi secara seimbang dan merupakan anugerah bagi makhluk hidup yang ada di
bumi. Sebagai contoh pada siklus karbon yang menjaga keseimbangan karbon yang
ada di bumi, sedangkan siklus nitrogen menjaga keseimbangan nitrogen yang
diperlukan oleh makhluk hidup. Nitrogen digunakan oleh makhluk hidup untuk
membentuk protein dan unsur kimia tubuh yang lainnya.
Mahasuci Allah yang mengatur
presentase gas yang ada di atmosfer secara seimbang sebab jika gas CO2
terlalu banyak maka suhu di bumi akan tinggi, sedangkan jika gas CO2
terlalu sedikit maka suhu di bumi akan rendah. Pertambahan jumlah gas CO2
di atmosfer dapat menyebabkan pemanasan global karena gas tersebut mempengaruhi
keseimbangan radiasi inframerah yang masuk dan keluar dari atmosfer bumi.
Dalam hal ini penulis berpendapat
bahwa Allah menciptakan alam ini secara seimbang dan membuat segala sesuatu
memiliki pendamping. Proses pelepasan gas CO2 didampingi dengan
proses penggunaan gas CO2, demikian pula dengan proses pelepasan dan
penggunaan gas nitrogen, contoh lainnya yaitu proses menguapnya air ke awan
didampingi dengan proses jatuhnya air hujan dari awan ke bumi. Pendampingan
dalam proses alamiah dijelaskan dalam Surat Ar-Ra’d ayat 4
وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ
أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَاءٍ
وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ
لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan
kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang
tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian
tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir. (QS: Ar-Ra'd
Ayat: 4)
Proses dan sifat yang berdampingan
juga merupakan prinsip dasar yang digunakan untuk menjelaskan gejala fisika.
Misalnya, jika ada gaya aksi maka akan muncul gaya reaksi. Secara sosial,
contohnya jika kita membantu orang lain, umumnya orang yang dibantu akan
membantu kita pada saat yang lain.
C. PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI
Bumi memiliki beberapa lapisan akibat
prinsip diferensiasi, dimana terjadi pemisahan lapisan akibat perbedaan
komposisi dan suhu material penyusun bumi yang bergerak berputar. Jenis lapisan
yang diketahui berdasarkan studi seismik dan analisis lainnya adalah kulit
bumi, litosfer yang bukan kulit bumi, asthenosfer, mantel bagian bawah,
transisi mantel dan inti, inti bagian luar, transisi inti luar dan inti dalam,
inti bagian dalam. Jumlah lapisan bumi menurut pembagian itu ada tujuh, sesuai
dengan keterangan jumlah lapisan bumi pada Surat Ath-Thalaq ayat 12.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ
مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu. (QS:
Ath-Thalaaq Ayat: 12)
Kondisi bumi yang memiliki lapisan
dengan karateristik berbeda memiliki hikmah tersendiri bagi kehidupan di muka
bumi. Sebagai contoh, mengeluarkan mineral yang bermanfaat untuk pengembangan
teknologi sepert timah.
Permukaan bumi dihamparkan sedemikian
rupa sehingga terbentuk gunung-gunung berapi yang berfungsi sebagai tempat
keluar energi termal dari dalam bumi agar tidak kelebihan energi termal yang
dapat membuatnya berguncang. Penghamparan bumi bermakna menyebar dan sesuai
dengan teori Gondwana yang menjelaskan pada saat awalnya semua lempengan
daratan bersatu. Kesamaan spesies pada beberapa benua merupakan bukti bahwa
lempengan benua memang pernah bersatu. Al-qur’an menerangkan peristiwa
penghamparan tersebut dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 48
وَالْأَرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ
الْمَاهِدُونَ
“Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang
menghamparkan (adalah Kami).”
Pembentangan bumi menyebabkan
terjadinya tumbukan antar lempeng benua yang saling bertemu sehingga terbentuk
gunung-gunung pada permukaan bumi. Gunung berapi berfungsi sebagai penyeimbang
energi dan struktur fondasinya jauh berada di bawah lempeng karena merupakan
daerah pertemuan antara dua lempeng litosfer. Hal ini diterangkan dalam surat
Al-Anbiya’ ayat 31
وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ
وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya
bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi
itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 31)
Keseimbangan bagi lempeng bumi juga
merupakan fungsi dari air atau lautan. Hal ini dikarenakan air memiliki massa
yang besar. Tanpa adanya air laut yang menutupi lempeng lautan, kemungkinan
besar kulit bumi yang tidak tebal akan terangkat oleh desakan energi termal
dari dalam bumi. Jumlah air yang menutupi permukaan bumi lebih banyak daripada
jumlah daratan. Presentase tersebut sebanding dengan jumlah kata bahr
atau laut yaitu 33 dan jumlah kata barr atau daratan yaitu 12 yang
disebutkan dalam Al-qur’an.
Air laut memiliki kandungan garam
sedangkan air tawar tidak memilikinya. Kandungan garam masing-masing air laut
mungkin berbeda. Ketika dua lautan yang berbeda salinitas atau kadar garam air
laut saling bertemu , maka kedua lautan tersebut tidak bercampur. Misalnya,
perbedaan salinitas ternyata membuat air dari samudera Atlantik tidak bercampur
dengan air dari Laut Mediterania. Kejadian ini diterangkan dalam Surat An-Naml
ayat 61.
أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا
أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا ۗ
أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan
yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung
untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah
disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari
mereka tidak mengetahui. (QS: An-Naml
Ayat: 61)
Penulis juga memaparkan bahwa selain
bumi dan lautan yang berfungsi sebagai keseimbangan, ada pula yaitu lapisan
atmosfer bumi. Salah satu rahmat bagi kehidupan di muka bumi adalah adanya
lapisan atmosfer bumi yang berfungsi sebagai atap. Lapisan atmosfer paling luar
berfungsi untuk melindungi bumi dari terjangan batu meteor yang datang dari
luar angkasa. Setiap lapisan atmosfer memiliki fungsi yang berbeda-beda dan
kondisi ini diterangkan dalam Al-qur’an Surat Fushshilat ayat 12.
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي
كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS: Fushshilat Ayat: 12)
Tanpa atmosfer, suhu di permukaan bumi
sangat dingin dan tidak dapat dijadikan tempat hidup bagi manusia, tumbuhan,
dan hewan.
Langit dan bumi diciptakan dari sebuah
singularitas, yaitu sesuatu yang padu yang muncul dari ketiadaan. Menurut teori
Big Bang, alam semesta berkembang dengan sangat
cepat dalam beberapa mikrodetik yang pertama. Al-qur’an juga ditafsirkan
mendiskripsikan Big Bang dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 30
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ
شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 30)
D. ILMU DAN TEKNOLOGI MODERN
Dalam hal ini penulis menjelaskan
bahwa kemajuan ilmu pengetahuan pada masa sekarang ternyata sesuai dengan
keterangan yang dinyatakan dalam Al-qur’an. Contohnya adalah membedakan manusia
berdasrkan sidik jarinya. Sidik jari manusia ternyata bersifat unik dan dapat
digunakan untuk membedakan seseorang dengan orang lainnya. Hal ini sudah
dijelaskan dalam Surat Al-Qiyamah ayat 4 yang menerangkan bahwa Allah menyusun
jari jemari dengan sempurna, maksudnya sampai pola sidik jari masing-masing
manusia akan disusun kembali.
بَلَىٰ قَادِرِينَ عَلَىٰ أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ
Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari
jemarinya dengan sempurna. (QS: Al-Qiyaamah Ayat: 4)
Salah satu teknologi modern yang
diceritakan dalam Al-qur’an adalah pemanfaatan udara bergerak atau angin untuk
menggerakkan kendaraan. Pada saat ini manusia mengembangkan teknologi dengan
memanfaatkan udara yang bergerak untuk mengangkat dan menerbangkan pesawat.
Teknologi yang serupa juga digunakan oleh Nabi Sulaiman untuk terbang dengan
kecepatan yang tinggi dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 81
وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى
الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ
Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang
tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah
memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 81)
Komunikasi antar hewan misalnya burung
dengan semut juga dipahami oleh Nabi Sulaiman. Berita dari negeri yang jauh
dapat diketahui oleh Nabi Sulaiman melalui komunikasi dengan burung. Kondisi
ini sekarang dapat dilakukan melalui komunikasi menggunakan telepon, radio, atau
televisi.
E. PERISTIWA KIAMAT DALAM
PANDANGAN SAINS
Peristiwa kiamat terjadi dengan
penghancuran alam semesta sekaligus menciutkan langit. Langit sebagai tempat
benda ruang angkasa akan “digulung” dengan kekuasaan Allah seperti diterangkan
dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 104
يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ
كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَا ۚ إِنَّا كُنَّا
فَاعِلِينَ
(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung
lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama
begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati;
sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (QS: Al-Anbiyaa Ayat: 104)
Ayat tersebut menerangkan bahwa langit
akan digulung atau dipadatkan berlawanan dengan proses penciptaannya yang
dikembangkan atau diluaskan. Secara ilmiah dijelaskan bahwa, jika alam semesta
ini memiliki batas (closed space), pada suatu saat semua benda di ruang
angkasa akan tarik-menarik akibat gaya gravitasi sehingga menjadi satu kembali.
Hal tersebut terjadi karena tidak ada yang menarik benda ruang angkasa pada
daerah batas alam semesta sehingga arah gravitasi menuju ke arah dalam ruang
alam semesta. Fenomena ini disebut Big Crunch yang merupakan proses kebalikan
dari Big Bang.
Pada hari kiamat akan terjadi gempa
dahsyat yang disertai tsunami serta gunung-gunung berapi yang ada di muka bumi.
Seperti halnya dijelaskan pada Surat At-Takwir ayat 3
وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ
dan apabila gunung-gunung dihancurkan, (QS: At-Takwiir Ayat: 3)
Terjadinya letusan gunung berapi
secara serentak sangat mungkin terjadi jika energi termal yang ada di dalam
perut bumi sngat tinggi sehingga harus dikeluarkan melalui semua celah yang
ada. Peristiwa tumbukan antar lempeng pada hari kiamat digambarkan dengan
terjadinya benturan gunung dengan mengangkat lempeng bumi. Surat Al-Haqqah ayat
14 menerangkan bahwa tumbukan bumi dan gunung-gunung terjadi dalam sekali
benturan.
وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً
وَاحِدَةً
dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya
sekali bentur. (QS:
Al-Haaqqah Ayat: 14)
Secara ilmiah hal tersebut dijelaskan
dengan terjadinya pergeseran yang sangat cepat antara lempeng benua dan lempeng
samudera akibat energi panas bumi yang sangat tinggi. Lapisan litosfer akan
berguncang dan terangkat jika didorong oleh energi panas bumi yang didesak
keluar secara spontan.
Peristiwa bergeraknya lempeng bumi di
dalam laut memicu terjadinya tsunami. Hal ini sesuai dengan Surat Al-Infithar
ayat 3
وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ
dan apabila lautan menjadikan meluap, (QS: Al-Infithaar Ayat: 3)
Al-qur’an juga menerangkan bahwa
proses kebangkitan kembali adalah seperti menghidupkan satu jiwa saja.
Keterangan tersebut juga dapat ditafsirkan sebagai penjelasan pada manusia
bahwa satu sel punca yang dibentuk dari informasi DNA yang dimiliki
manusia sudah cukup untuk membangkitkan tubuh mereka kembali. Informasi DNA
tetap akan tersimpan dalam komponen tubuh manusia walaupun tubuh mereka sudah
menjadi abu.
F. SAINS SEBAGAI BUKTI KEBESARAN
ALLAH
Dalam bab ini penulis menyimpulkan
bahwa penelaahan kebenaran firman Allah yang diterangkan dalam Al-qur’an
melalui penguasaan sains akan membimbing manusia untuk mengakui Allah sebagai
pencipta langit dan bumi yang seharusnya disembah oleh amnusia. Manusia dapat
mengenal Allah dengan menyelidiki ciptaan-Nya, bukan memikirkan tentang wujud Allah.
Ilmuwan yang menyandingkan penelaahan fenomena alam dengan ayat-ayat Al-qur’an
akan menyadari kebenaran dari kitab suci tersebut. Seperti yang dijelaskan
dalam Surat Fushshilat ayat 53
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ
حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ
عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS: Fushshilat Ayat: 53)
Menurut penulis, manusia yang tidak
menggunakan akal sehat tidak dapat mengambil hikmah penciptaan langit dan bumi
beserta segala isinya. Manusia yang mempercayai suatu keyakinan tanpa
memikirkannya kembali juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk meyakinkan
dirinya dan orang lain tentang keyakinannya tersebut. Hanya orang yang berilmu
dan menggunakan akal pikirannya yang akan semakin kuat imannya.
Saran yang dikemukakan dalam buku ini
yaitu penelaahan sains harus terus dilanjutkan oleh umat islam. Hal itu karena
fenomena yang ada dalam alam semesta ini sudah diterangkan dalam Al-qur’an.
Tidak ada yang luput dari pembahasan Al-qur’an, dari masa lalu, masa sekarang
hingga masa yang akan datang.
Dari fakta atau fenomena dan
pendapat penulis yang dikemukakan di
atas, menurut saya penelaahan tentang sains beserta fenomena alam memang sudah
sepantasnya untuk dilakukan, hal ini bertujuan untuk menguatkan iman kita
dengan jalan menyelidiki kebesaran yang ditunjukkan oleh Allah melalui fenomena
alam. Al-qur’an dalam hal ini merupakan dasar atau basis dari sains, karena
sebelum manusia mengetahui tentang fenomena alam di bumi ini, Al-qur’an sudah
menjelaskannya terlebih dahulu.
Buku yang berjudul “Sains berbasis
Al-qur’an” ini memiliki penjelasan yang sangat mendetail dalam mengungkapkan
fenomena alam. Setiap fenomena alam yang dijelaskan memiliki bukti dari teori
penelitian yang dilakukan manusia maupun bukti dari dalil naqli dalam
Al-qur’an. Namun sistematika dari penulisan buku ini terkadang terlihat rumit
atau tidak berurutan. Penggunaan bahasa ilmiah yang berlebihan juga menjadi
kendala bagi pembaca yang awam tentang ilmu sains.
Buku yang dikarang oleh Dr. H. Ridwan
Abdullah Sani, M.Si. ini pantas ditujukan bagi semua kalangan khususnya bagi
para ilmuwan dan mereka yang memahami tentang sains. Buku ini cocok untuk semua
kalangan karena buku ini menjelaskan kebesaran Allah yang menciptakan alam
semesta beserta isinya hingga sedetail mungkin. Untuk para ilmuwan, buku ini
diharapkan membawa mereka menyadari kebenaran Al-qur’an karena umumnya para
ilmuwan hanya meneliti dan menjawab pertanyaan yang terkait dengan sesuatu yang
dapat diamati sehingga kesadaran akan kebesaran Allah menjadi luput dari
penjelasan sains.
[1] Moore dan Persaud, The
Developing Human: Clinically Oriented Embryology, Philadelphia: Saunders,
2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar